Selamat datang di blog saya, kalau anda ingin sukses berbisnis secara Islami silahkan baca artikel-artikel dibawah ini, semoga bermanfaat....

Jumat, 22 Mei 2009

Akhlak Sufi Rasulullah saw Syeikh Abu Nashr As-Sarraj

(Menyambut Maulid Nabi saw.)
Syekh Abu Nashr as-Sarraj' -rahimahullah - berkata: Diriwayatkan dari Rasulullah saw., bahwa beliau pernah bersabda
"Sesungguhnya Allah telah membina mental (akhlak)ku, kemudiain Dia membinanya dengan sangat baik." (H.r. al-Askari dari Ali r.a.).
Beliau juga bersabda:"Saya adalah orang yang paling tahu di antara kalian tentang Allah dan yang paling takut kepada-Nya." (H.r. Bukhari-Muslim)
Rasulullah juga bersabda: "Aku disuruh memilih antara menjadi seorang Nabi yang menjabat raja atau menjadi seorang Nabi yang hamba. Kemudian Jibril a.s. memberiku isyarat agar berendah hati. Lalu aku menjawab pilihan itu: Akan tetapi aku lebih memilih menjadi Nabi yang hamba; Dimana suatu hari aku kenyang dan di hari yang lain aku lapar". (H.r. ath Thabrani dari IbnuAbbas, Baihaqi dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).
Diriwayatkan pula, bahwa beliau bersabda:"Aku ditawari dunia, namun aku menolaknya." (H.r. Ibnu Abi ad-Dunya, Ahmad dan ath-Thabrani dari Abu Buwaibiyah).
Beliau juga bersabda: "Andaikan aku memiliki emas sebesar Gunung Uhud niscaya akan aku infakkan demi agama Allah, kecuali sedikit yang aku sisakan untuk menutupi hutang." (H.r. Bukhari-Muslim dan Ibnu Majah).
Sebagaimana juga diriwayatkan, "Bahwa Rasulullah saw. tidak menyimpan makanan untuk esok hari. Belum pernah sekali menyimpan makanan untuk keluarganya untuk masa satu tahun yang juga beliau persiapkan untuk orang-orang yang datang kepadanya." (H.r. Bukhari-Muslim dari Umar r.a.).
Juga diriwayatkan, "Bahwa Rasulullah saw. tidak memiliki dua potong baju (gamis), tidak juga makan makanan yang diayak lebih dahulu. Beliau sampai wafat belum pernah sama sekali merasa kenyang dengan roti gandum. Itu dilakukan atas pilihannya sendiri (kondisi normal) dan bukan karena kondisi darurat. Sebab andaikan beliau mau memohon kepada Allah Azza wa Jalla, agar gunung dijadikan-Nya emas dan tidak akan dihisab di hari kiamat, maka Allah akan melakukannya." (H.r. ath-Thabrani, al-Bazzar dan Bukhari-Muslim).
Dan masih banyak riwayat yang semisal dengan Hadis-hadis di atas.
Diriwayatkan bahwa, Rasulullah saw bersabda kepada Bilal, "Berinfaklah wahai Bilal, dan janganlah engkau khawatir Pemilik Arasy mengurangi hartamu." (H.r. al-Bazzar, ath-Thabrani al-Qadhai dari Ibnu Mas'ud).
Diriwayatkan, bahwa Barirah pernah menyuguhkan makanan di depan Rasulullah saw., kemudian beliau makan sebagiannya. Kemudian pada malam kedua Barirah datang dengan membawa sisa makanan yang pernah disuguhkan kemarin. Rasulullah kemudian bertanya dan menandaskan, "Apakah engkau tidak takut, jika makanan ini nanti mengepulkan asap dihari Kiamat? Jangan sekali-kali engkau menyimpan makanan untuk esok hari, karena Allah Azza wa jalla akan memberikan makanan setiap hari'." (H.r. al-Bazzar).
Juga diriwayatkan, Bahwa Rasulullah saw. tidak pernah mencacat suatu makanan sama sekali, jika berselera maka beliau makan, Jika tidak maka beliau tinggalkan. Dan setiap kali ditawari dua pilihan tentu beliau memilih yang paling sederhana (ringan). (H.r. Malik, Bukhari-Muslim dan Abu Dawud).
Nabi saw. bukanlah seorang petani, bukan pula seorang pedagang dan juga bukan seorang pembajak tanah.
Dan diantara sikap tawadhu' (rendah hati) beliau, tercermin pada cara berpakaian dan tindakan tindakan lainnya, dimana beliau mengenakan pakalan dari wool kasar (shiji), memakai sandal yang dijahit dengan benang, mengendarai keledai, memeras susu kambing sendiri, menambal dan menjahit sandalnya sendiri, menambal pakaiannya, beliau tidak merasa malu mengendarai keledai atau dibonceng di belakang. (Periwayatan Hadis ini dilansir dalam lafal yang beragam oleh beberapa ahli Hadis semisal Ibnu Majah al-Hakim, ath-Thabrani dan lain lain, pent.).
Diriwayatkan bahwa Rasulullah tidak suka dengan cara hidup kaya dan sama sekali tidak takut miskin. Dalam hidup yang ditempuh bersama keluarganya, pernah selama satu dan dua bulan tidak mengepulkan asap dapurnya karena tidak ada bahan untuk memasak roti. Makanan utamanya hanyalah dua: kurma dan air. (H.r. Bukhari-Muslim dari Aisyah dan Abu Ya'la dari Abu Hurairah).
Diriwayatkan pula, bahwa istri-istrinya disuruh memilih antara dunia dengan Allah dan Rasul-Nya. Mereka kemudian memilih Allah dan Rasul-Nya. Dalam peristiwa ini turun dua ayat dalam surat al-Ahzab:
"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, 'Jika kalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya aku berikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah inenyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antara kalian pahala yang besar'."(Q.s. al Ahzab: 28 9).
Dan di antara doanya ialah: "Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah aku bersama golongan orang-orang miskin." (H.r. Tirmidzi, Ibnu Majah dari Said al Khudri dan athThabrani dari Ubadah bin Shamit. Namun Ibnu al-Jauzi dan Ibnu Taimiyah menganggapnya sebagal Hadis Maudhu').
Dan di antara doanya pula: "Ya Allah karuniakanlah rezeki kepada keluarga Muhammad makanan pokok yang cukup sehari dalam setiap hari." (H.r. Bukhari Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Abu Said al-Khudri dalam menerangkan sifat-sifat Rasulullah sebagaimana yang diriwayatkannya: Rasulullah itu mengenakan pakaian wool kasar dan juga mengikat unta, menyiram tanaman, menyapu rumah, menambal sandal, menambal pakaian, memerah susu kambing, makan bersama pembantunya, tak segan-segan menumbuk gandum jika pembantunya letih, tidak malu untuk memanggul barang-barangnya dan pasar ke rumah keluarganya. Beliau juga selalu bersalaman dengan orang-orang kaya dan miskin. Selalu yang pertama (memulai) mengucapkan salam, tidak pernah menolak orang yang mengundangnya, tidak pernah meremehkan hidangan yang disuguhkan sekalipun hanya berupa kurma yang paling jelek.
Beliau sangat lembut perangainya, berwatak mulia, luwes cara bergaulnya, wajahnya berseri-seri, selalu tersenyum dan tidak pernah tertawa berbahak-bahak. Bila sedih tak pernah kelihatan kusut dan cemberut. Rendah hati tanpa harus rendah diri, dermawan tapi tidak boros. Hatinya lembut, selalu tunduk dan diam, pengasih kepada setiap muslim. Tidak pernah besendawa karena kenyang, dan tidak pernah mengulurkan tangannya kepada makanan (yang jauh).
Aisyah r.a. berkata, "Rasulullah itu lebih dermawan daripada angin yang bertiup secara bebas." (H.r. Bukhari Muslim).
Rasulullah saw. pernah memberi kambing sebanyak antara dua gunung kepada seseorang. Kemudian orang itu pulang ke kabilah (suku)nya dan berkata, "Sesungguhnya Muhammad memberi kepada seseorang sebagaimana pemberian orang yang tidak pernah khawatir jatuh miskin." (H.r. Imam Ahmad dan Muslim dari Anas).
Rasulullah bukanlah sosok yang suka berteriak-teriak, tidak juga sosok yang suka berkata kotor dan keji. (H.r. Tirmidzi).
Nabi Muhammad saw. makan di atas tanah, duduk di atas tanah, memakai baju mantel, duduk bersama-sama orang miskin dan berjalan di pasar. Beliau sering kali menjadikan tangannya sebagai bantal, dan mencukur sendiri. Tidak pernah tertawa lebar-lebar, tidak pernah makan sendirian, tidak pernah memukul pembantu (budak)nya sama sekali dan tidak pernah memukul seorang pun dengan tangannya kecuali demi membela agama Allah. Beliau tidak pernah duduk bersila, tidak pernah makan sambil bersandar.
Beliau pernah bersabda, "Aku makan sebagaimana makannya seorang hamba dan aku duduk sebagai mana duduknya seorang hamba." (H.r. Saad, Abu Ya’la, Ibnu Hibban dan Tirmidzi dari Aisyah)
Diriwayatkan, Bahwa Rasulullah saw. pernah mengikat batu di perutnya untuk mengganjal rasa lapar. Padahal andaikan beliau mau memohon kepada Tuhannya untuk menjadikan Gunung Abu Qubais sebagai emas tentu Dia akan mengabulkannya. (H.r. Bukhari-Muslim dari jabir dan Tirmidzi dari Abu Thalhah).
Rasulullah pernah membawa sahabat-sahabatnya ke rumah Abu al-Haitsam bin at-Taihan dengan tanpa diundang. Di sana beliau makan makanannya sendiri dan minum minumannya sendiri. Lalu beliau bersabda kepada para sahabatnya, "Inilah sebagian nikmat yang kalian tanyakan." (H.r. Malik, Tirmidzi dan Muslim dari Abu Hurairah).
Rasulullah saw. pernah diundang seseorang untuk datang ke rumahnya dengan membawa lima orang sahabatnya. Maka orang keenam tidak boleh masuk kecuali mendapatkan izin tuan rumah. (H.r. Bukhari Muslim dan Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Dalam sebuah Hadis diriwayatkan, Bahwa Rasulullah saw. pernah memiliki pakaian gamis (khamishah) yang ada batik atau motifnya. Kemudian pakaian tersebut diberikan kepada Abu Jahm, sembari bersabda, "Hampir saja gambar ini membuatku terlena." Kemudian beliau meminta pakaian polos tidak bermotif dan kasar (anbjaniyyah) milik Abu Jahm dengan bersabda, "Tolong berikan kepadaku anbijaniyyah Abu Jahm". (H.r. Bukhari-Muslim).

Rasulullah saw. pernah ditanya mengenai shalat dengan hanya memakai satu pakaian. Kemudian beliau balik bertanya, "Apakah kalian semua bisa mendapatkan dua pakaian?" (H.r. BukhariMuslim, Malik, Tirmidzi dan Abu Dawud dari Abu Hurairah).
Beliau pernah bersabda, "Saya adalah anak seorang perempuan Quraisy yang juga makan dendeng." (H.r. al-Hakim dari Jarir).
Beliau juga bersabda, "Janganlah kalian mengatakan aku lebih baik daripada Yunus bin Mata a.s." (H.r. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah dan Abu Dawud dari Ibnu Abbas).
Dalam kesempatan lain beliau bersabda, "Aku adalah tuan (sayyid) dari seluruh anak Adam, dengan tanpa menyombongkan diri." (H.r. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Said).
Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku memberi kepada beberapa kaum dan aku tidak memberi kepada yang lain. Sementara itu orang yang aku beri bukan berarti lebih aku cintai daripada mereka yang tidak aku beri." (H.r. Bukhari-Muslim, Ahmad dan an-Nasa'I dari Sa'ad).
Beliau bersabda: "Orang yang pertama kali masuk surga adalah orang-orang fakir dari kaum Anshar, dimana rambut kepalanya kusut (kurang rapi), pakaiannya kumal, tidak pernah menikmati kesenangan-kesenangan dunia dan jalan buntu (untuk masalah duniawi) tidak pernah terbuka baginya." (H.r. Ahmad, alBazzar dari Abdullah bin Amr bin 'Ash dan Ibnu Hibban dari Tsauban, ath Thabrani, Tirmidzi dan al Hakim, dimana para perawinya bisa dipercaya [tsiqah]).
Beliau bersabda, "Aku tidak ada urusan dengan dunia." (H.r. Ahmad, Ibnu Hibban, Baihaqi dari Abbas, Tirmidzi dari Abdullah bin Mas'ud, dan Ibnu Majah).
Beliau juga bersabda:
"Hendaknya sarana hidup salah seorang di antara kalian, sebagaimana bekal seorang pengendara (Musafir)." (H.r. Abu Ya'la, ath-Thabrani dari Habbab, al Baihaqi, al Hakim, Ibrju Hibban dari Salman, dan Ibnu Majjah).
Beliau bersabda:
"Umatku yang akan masuk surga lebih dahulu, sebelum orang-orang kaya mereka dengan tenggang waktu setengah hari (di akhirat), dimana setengah hari di akhirat sama dengan lima ratus tahun (di dunia)." (H.r. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Dan juga sabdanya:
"Kami golongan para Nabi adalah orang-orang yang sangat berat ujian (cobaan)nya, kemudian menyusul setelah kami orang-orang pilihan yang lebih Utama, kemudian yang lebih utama. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar tingkat keagamaannya. Jika dalam beragama ia memiliki keteguhan maka akan diuji dengan ujian yang sangat berat." (H.r. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al Hakim dari Sa'ad bin Abi Waqqash, Ahmad, an-Nasa'i dan ad-Darimi dari Ashim).
Diriwayatkan, bahwa ada seseorang berkata kepada Rasulullah swt., "Aku mencintaimu wahai Rasulullah." Kemudian Rasulullah bersabda, "Bersiaplah engkau menerima cobaan dengan leluasa." (H.r. ath-Thabrani dari Ka'ab bin 'Ajarah).
Diriwayatkan pula dari Nabi saw. yang bersabda, "Bagian dari dunia yang dicintakan kepadaku adalah perempuan dan wewangian, sementara ketenangan hatiku dijadikan pada shalat." (H.r. Ahmad dan an-Nasa'i).
Dan beliau juga bersabda, "Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian." (H.r. Muslim dari Anas dan Aisyah). Dalam Hadis ini Rasulullah menisbatkan dunia kepada para sahabatnya dan mengecualikan dirinya dari masalah dunia.
Rasulullah tidak pernah meletakkan bata di atas bata yang lain (membangun rumah) sehingga beliau wafat. (H.r. Ibnu Hibban). Saat Rasulullah saw. wafat, baju perangnya masih tergadaikan di tangan Yahudi sebagai jaminan atas pinjaman satu sha' gandum. Beliau wafat tidak meninggalkan dinar maupun dirham. Tidak juga ada harta warisan yang harus dibagi. Di rumahnya tidak ada perabot rumah tangga. (H.r. Bukhari-Muslim dan Tirmidzi dari Aisyah).
Beliau pernah bersabda, "Kami para rasul tidak meninggalkan warisan. Sedangkan apa yang kami tinggalkan adalah sedekah." (H.r. Malik, Bukhari Muslim, Tirmidzi dan Abu Dawud).
Rasulullah saw. menerima hadiah dan pemberian. Namun beliau tidak pernah makan sedekah (zakat), tapi beliau mengamblinya dari mereka untuk dibagikan kepada orang lain.
Dan diriwayatkan dari Rasulullah yang bersabda, "Allah tidak memberi wahyu kepadaku agar aku mengumpulkan harta dan kemudian menjadi seorang pedagang. Akan tetapi Allah swt. memberi wahyu kepadaku dengan perintah: "Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (Q.s. al-Hijr: 98-9).
Diriwayatkan dari Aisyah r.a. yang berkata, "Kami pernah menyembelih seekor kambing dan kami sedekahkan semuanya kecuali bagian pundak (kaki depan). Kami pun bilang kepada Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, semuanya habis kecuali kaki depannya!' Rasulullah menjawab, 'Semuanya akan menjadi kekal kecuali kaki depannya'." (H.r. Tirmidzi).
Allah swt. berfirman: "Nun, demi al-Qalam (Pena) dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu engkau (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagimu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Q.s. al-Qalam: 1-4).
Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai akhlak yang mulia dan benci akhlak yang rendah." (H.r. al-Hakim dari Sahl bin Sa'ad, Ibnu Majah, Abu Nuaim dan ath-Thabrani).
Beliau juga bersabda, "Saya diutus dengan membawa akhlak yang mulia." (H.r. Malik dan Ahmad).
Di antara kemuliaan akhlak Rasulullah saw. adalah memiliki rasa malu yang tinggi, dermawan, tawakal, ridha, dzikir, syukur, sabar, pemaaf, penuh toleran, penuh asih, belas kasih, suka memberi nasihat, ketenangan, berwibawa, rendah hati, sedikit harta, suka memberi, kokoh pendirian, pemberani, ikhlas, jujur, zuhud, puas dengan apa yang ada, khusyu', selalu takut kepada Allah, selalu rnengagungkan, disegani, selalu berdoa dan sering menangis, penuh harapan kepada Allah dan selalu menggantungkan diri kepada-Nya, bertahajud dan beribadah. Hari-harinya adalah Jihad dan mujahadah.
Sebagaimana diriwayatkan, bahwa Nabi saw. selalu sedih, selalu merenung (tafakur). Di dadanya ada suara gemuruh laksana gemuruhnya periuk yang sedang berisi air mendidih. (H.r. ath-Thabrani dari Hasan bin Ali, Abu Dawud, an-Nasa'i, Ibnu Hazin dan Ibnu Hibban).
Juga diriwayatkan bahwa, Rasulullah saw. shalat sehingga kedua kakinya bengkak. Kemudian Aisyah bertanya, "Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosa tuan, baik yang telah lalu maupun yang akan datang?" Maka Rasulullah menjawab, "Apakah aku tidak ingin menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?" (H.r. Bukhari-Muslim dari Aisyah, Tirmidzi dan an-Nasa'i dari al-Mughirah bin Syu'bah).
Rasulullah akan memberi kepada orang yang tidak pernah memberinya, selalu menyambung persaudaraan dengan orang yang memutus hubungan dengannya dan memaafkan kepada orang yang menganiayanya. Rasulullah tidak pernah menghukum dan marah kepada siapa pun hanya karena kepentingan pribadinya, kecuali bila orang yang dihukum tersebut karena melanggar larangan-larangan Allah. Maka beliau akan marah karena Allah. (H.r. Bukhari dari Abdullah bin Amr bin 'Ash).
Beliau kepada para janda laksana seorang suami yang sangat penyayang, dan kepada anak-anak yatim laksana seorang ayah yang penuh kasih sayang.
Beliau pernah bersabda, "Barangsiapa meninggalkan harta, maka itu menjadi milik ahli warisnya, dan barangsiapa meninggalkan istri sebatang kara atau anak-anak terlantar maka hendaknya kepadaku." (H.r. Ahmad, Bukhari-Muslim, an-Nasa'i dan 1bnu Majah dari Abu Hurairah).
Rasuluilah saw. pernah berdoa: "Ya Allah, sesungghnnya aku adalah manusia yang bisa marah sebagaimana orang lain marah. Maka jika ada orang yang aku lecehkan atau aku laknat maka jadikanlah itu sebagai kaffarat (tebusan) dosanya." (H.r. Bukhari-muslim, dari Abu Hurairah, dan Ahmad).
Anas bin Malik r.a. berkata, "Aku mengabdi kepada Rasulullah saw. selama sepuluh tahun. Beliau tidak pernah memukulku dan tidak pernah membentakku. Tidak pernah menegur apa yang aku kerjakan dengan ucapan, 'Mengapa engkau mengerjakan ini?’, dan tidak pula menegur apa yang tidak aku lakukan dengan ucapan, 'Mengapa engkau tidak melakukan itu?'." (H.r. Bukhari-Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi).
Andaikan bukan karena kemuliaan, pemaafan dan kesabaran yang ada pada diri Rasulullah saw. tentu di saat penaklukan kota Mekkah (Fathu Makkah) merupakan kesempatan besar bagi Rasulullah untuk membalas orang-orang kafir Quraisy. Ini merupakan bukti nyata akan kesempurnaan akhlak beliau yang sangat tinggi.
Karena saat Itu beliau masuk kota Mekkah dengan cara damai. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya paman-paman dan orang-orang dekatnya dibunuh setelah mereka mengepungnya di perkampungan dan menyiksa sahabat sahabatnya dengan berbagai bentuk siksaan. Mereka mengusir dan menyiksanya sampai berdarah, melempari kotoran binatang, menyakiti hatinya dan juga kepada para sahabatnya. Mereka membodoh-bodohkannya dan mengadakan pertemuan untuk melakukan tipu muslihat. Namun ketika Rasulullah saw. masuk di Mekkah dengan tanpa keinginan mereka, dan beliau berada di pihak yang menang sementara mereka di pihak yang kalah dan rendah, kemudian beliau berdiri sembari berkhotbah yang dimulainya dengan memuji kepada Allah dan menyanjung-Nya.
Kemudian dalam khotbahnya, beliau bersabda, "Aku mengatakan apa yang pernah dikatakan saudaraku, Yusuf a.s. 'Pada hari ini tak ada tak ada cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni kalian'." (Q.s. Yusuf : 92). Kemudian beliau melanjutkannya, "Barangsiapa masuk rumah Abu Sufyan maka akan aman." (H.r. an-Nasa'i dari Abu Hurairah).
Dan masih banyak riwayat shahih yang searti dengan riwayat-riwayat di atas. Tentu saja tidak mungkin disebutkan di sini secara keselurahan. Sementara itu yang kami sebutkan hanyalah sebagian dari apa yang bisa dijadikan petunjuk. Dan hanya Allah swt. Yang Mahatahu. (Al Luma; R6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar